ASAL MUASAL MARGA SILALAHI DI SAMOSIR (un sorted)
Adalah Bursokraja ( yang kemudian memberi namanya sendiri dengan Ompu Sinabang) berkelana san tiba di Pangururan. Lalu
Bursokraja mendengar ceritabahwa ada seorang puteri Raja Simbolon yang
cantik rupawan dan pandai berbalas pantun dan teka-teki. Sang putri
ialah Rumandangbulan Si Sindarmataniari, puteri Simbolon Tuan yang bijak
mentari ) katanya memperkenalkan diri. Bursokraja ( Ompu Sinabang )
lalu bertekad untuk mencari dan menemuinya ke sebuah gubuk tempat sang
putri bermain. Singkat cerita, mereka kemudian bertemu dan saling
berkenalan. Bursokraja meperkenalkan dirinya, bahwa ia adalah cucuc Raja
Silahisabungan dari Silalahi Nabolak yang berkelana.
Mendengar
nama Raja Silahisabungan ( seorang Datu Bolon, yang terkenal
kesaktiaannya ), sang putri raja Simbolon Tuan menjadi terkesima. Pucuk
di cinta, bulan puntiba. Cinta diantara mereka pun bersemi dan akhirnya
Bursokraja dan putri Rumondang si Sindarmataniari lalu menikah.
BURSOK RAJA MENIKAHI BORU NI SIMBOLON TUAN
Suatu
waktu, Sindarmataniari boru Simbolon Tuan meminta kepada Bursokraja
alias Ompu Sinabang agar mereka pergi memperkenalkan diri kepada
mertuanya di Silalahi Nabolak. Tetapi Bursokraja selalau berusaha
mengelak dengan alasan menunggu waktu yang tepat. Namun Sindarmaaniari
boru Simbolon Tuan terus mendesak dan kahirnya Bursokraja harus
mencari-cari alasan. Tentusaja Bursokraja tidak ingin ketahuan bahwa ia
telah terusir oleh Debangraja (orangtua Bursokraja) dari Silalahi
Nabolak. Akhirnya Bursokraja tidak bisa menolak desakan Sindarmataniari
boru Simbolon Tuan, dengan satu syarat : Sebelum ke Silalahi Nabolak,
terlebih dahulu mereka ke Balige untuk menemui kakak Bursokraja, yaitu
Raja Parmahan ( Raja Bunga-bunga ) Silalahi di Balige, agar
mereka kemudian bersama-sama menuju Silalahi Nabolak. Mendengar alasan
yang measuk akal, Sindang mataniari lalu setuju dan kemudian mereka
menyepakati waktu untuk berangkat menuju Balige.
BURSOKRAJA DOHOT SIBORU SIMATUPANG
Waktu
yang disepakati telah tiba. Bursokraja dan Sindarmataniari boru
Simbolon Tuan kemudian berpamitan kepada orangtuanya dan meninggalkan
Pangururan menuju Balige. Dalam perjalanan menuju Balige, tepatnya di
negeri Muara, tengah terjadi perang diantara kelompok Toga Sianturi (
Simatupang ) dengan pihak lain. Singkat cerita, kelompok terpukul dan
lari tunggang-langgang sampai ke tengah danau dan akhirnya ditolong oleh
Bursokraja yang tengah lewat. Mereka kemudian mengetahui Bursokraja
adalah cucu Raja Silahisabungan, lalu
kelompok Toga Sianturi lalu memohon bantuan Bursokraja untuk membantu
mereka berperang. Bursokraja lalau bersedia, lalu ia menepi menuju
Muara. Mendengar kedatangan keturunan Raja Silahisabungan, musuh Toga
Sianturi lalu ketakukan dan tunggang-langgang melarikan diri.
Karena
jasa Ompu Sinabang dan untuk menjaga keamanan negeri, Toga Sianturi
mengawinkan putrinya, Siboru Anting Haomasan dengan Ompu Sinabang
(Bursokraja).
Pada suatu ketika istrinya Siboru Anting
Haomasan meminta agar mereka pergi menjumpai mertuanya di Silalahi
Nabolak. Akhirnya Bursokraja bersama kedua istrinya berangkat
meninggalkan Muara, menyusuri perairan Lontung. Ketika mereka melintas
di perairan Ambarita, Bursokraja alias Ompu Sinabang melihat orang-orang
yang melambai- lambaikan tangan kearah mereka. Perahu merekapun
akhirnya berggas mendekati Ambarita. Ternyata saat itu ada upacara “
Manarsar Lambe “ ( menyembah dewa laut ) yang dilakukan penduduk negeri
Ambarita, sekaligus mengadakan Horja Sakti Mangalahat Horbo Bius di
Ambarita.
Penduduk negeri Ambarita - yang
terdiri dari marga Sidabutar, Siallagan dan Rumahorbo (keturunan Nai
Ambaton ) beserta marga Manik (keturunan Silauraja) – segera berkenalan
dengan Ompu Sinabang beserta kedua istrinya, Siboru Sindaramataniari
boru Simbolon Tuan dan Sibaru Anting Haomasan boru Simatupang.
Mengetahui Bursokraja alias Ompu Sinabang memperistrikan Siboru Simbolon
Tuan, maka penduduk Ambarita keturunan Nai Ambaton sangat terkejut
sekaligus gembira karana dengan begitu akan melengkapi pesta di
Ambarita, dimana putri Simbolon Tuan ( yang juga keturunan Nai Ambaton )
ada bersama mereka. Dalam pesta tersebut, Bursokraja alias Ompu
Sinabang kemudian dinobatkan sebagai Boru Bius Ambarita. Sebagai tanda
kekerabatannya, Sebagai bukti Boru Bius Ambarita, Bursokraja alias Ompu
Sinabang kemudian dihadiahi oleh Raja Bius Ambarita (keturunanan Nai
Ambaton) menghadiahi tanah di negeri Tolping untuk didiami Bursokraja
beserta keturunannya kelak. Dengan segala upaya Bursokraja alias Ompu
Sinabang kemudian membujuk Siboru Sindarmataniari dan Siboru Anting
Haomasan untuk bersedia membatalkan niat mereka menuju Silalahi Nabilak
dan menetap di negeri Tolping. Namun akhirnya mereka kemudian bersedia
menetap di negeri Tolping, Ambarita.
Setelah menetap sekian lama di negeri
Tolping, kedua istrik Bursokraja kemudian mengandung. Dalam usia
kehamilannya yang sudah tua, Siboru Sindarmataniari kemudian memeohon
kepada Bursokraja untuk pulang ke Pangururan dan ingin melahirkan
disana. Karena tidak mungkin untuk tinggal serumah bersama dengan Siboru
Anting Haomasan yang sama-sama akan melahirkan juga. Akhirnya mereka
mencapai suatu kesepakatan, Siboru Sindaramatianri kemudian meninggalkan
negeri Tolping menuju Pangururan.
Selang beberapa hari tiba di negeri
Pangururan, Siboru Sindarmataniari lalu melahirkan anak laki-laki. Lalu
tidak berapa lama kemudian mereka kedatangan tamu ( utusan dari Tolping )
yang mengabarkan bahwa Siboru Anting Haomasan telah melahirkan seorang
si bursok ( bahasa Toba, bursok = panggilan untuk anak laki-laki ) di
Tolping. Ketika keluarga Simbolon Tuan menyebut panggilan si bursok,
spontan Ompu Sinabang alias Bursokraja kemudian tersinggung dan
mengingatkan untuk tidak lagi menyebut nama bursok, karena sesuai
namanya, Bursokraja. Sejak itu pula, nama anak yang baru dilahirkan oleh
Siboru Sindarmataniari dinamai si Pantang. Sejak saat itu pula, sudah
kebiasaan keturunan marga Silalahi di Pangururan tidak memanggila anak
laki-laki dengan panggilan si bursok.
AWAL KEBERADAAN MARGA SILALAHI DI SAMOSIR
Sehingga
demikianlah legenda keberadaan asal muasal marga Silalahi di Panguruan
dan Tolping. Si Pantang kemudian tetap tinggal hingga dewasa di
Pangururan dan memakai marga Silalahi sampai hari ini. Di negeri
Tolping, putra Bursokraja alias Ompu Sinabang diberi nama Partada,
karena Ompu Sinabang mendidiknya dengan ilmu bela diri ( martada ).
Keturunan Partada juga memakai marga Silalahi mendiami negeri Tolping
sampai hari ini.
Seiring waktu , keturunan Partada ( marga
Silalahi ) kemudian uturn temurun mendiami negeri Tolping, negeri yang
masuk dalam bagian Bius Ambarita. Namun kemudian, banyak pendatang (
keturunan Raja Silahisabungan dari Silalahi Nabolak, Sibisa dan Buhit )
yang kemudian menetap di Tolping. Sehingga keturunan Raja Silahi
Sabungan ini memenuhi negeri Tolping. Sehingga akhirnya negeri Tolping
melepaskan diri dari Bius Ambarita dan mendirikan Bius tersendiri, yaitu
Bius Tolping.
Adapun penguasa ( Raja-raja Adat Bius ) di negeri Tolping adalah :
1. Pande Bona Ni Ari ( kelmpok marga Sihahoho, dari negeri Sibisa )
2. Pande Nabolon ( kelompok marga Silalahi, dari Sibisa )
3. Raja Panuturi ( kelompok marga Silalahi, keturunan Partada, dari Pangururan )
4. Raja Panullang ( kelompok marga Sigiro, dari Buhit, Parbaba Pangururan).
Dengan terbentuknya Bius Tolping, maka
keturunan Raja Silahisabungan telah mendiami tanah Samosir sepanjang
Parbaba Pangururan sampai ke negeri Tolping, Ambarita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar